Senin, 18 Januari 2010

ORGANISASI RAHASIA DI INDONESIA

Indonesia yang memiliki banyak sekali keistimewaan dibanding negara-negara lain di dunia, seperti kandungan kekayaan alamnya yang melimpah, letaknya yang sangat srategis, iklimnya yang sangat bersahabat, populasi penduduknya yang besar, perairannya yang luas dan kaya, dan sebagainya, memang sejak lama menjadi incaran kaum imperialis dan kolonialis. Dari Spanyol dan Portugal hingga Inggris, Belanda, Jepang, dan juga Amerika Serikat. Bangsa-bangsa penjajah ini sejak lama ingin menjadikan negeri ini sebagai wilayah jajahannya dan kita tentu memahami bagaimana sejarah bercerita tentang hal tersebut.

Allah SWT telah befirman dalam banyak ayat di dalam kitab suci Al-Qur’an jika kehidupan di dunia ini senaniasa diisi dengan peperangan antara yang haq melawan kebathilan, antara pasukannya Rasulullah SAW melawan pasukannya Iblis, Setan, Dajjal, atau pun dalam kamus Barat disebut sebagai Lucifer. Ini meneruskan peperangan yang telah dilakukan Ibrahim a.s. melawan Namrudz, Musa a.s. melawan Firaun, Isa a.s. melawan Yahudi Kabbalis (para tetua Sanhendrin) yang berkumpul di dalam istana Roma, dan Rasulullah SAW melawan para tetua musyrikin Quraiys.

Demikian pula dengan sejarah manusia setelah masa Rasulullah SAW hingga hari akhir, senantiasa diisi dengan peperangan antara pengikut Rasulullah SAW, para penyeru ketauhidan, melawan para pengikut Dajjal yang menyerukan kepada kemusyrikkan, para penyembah berhala berupa uang, tahta atau jabatan kekuasaan, yang seringkali bersamaan dengan nafsu untuk bisa ‘menjajah’ wanita sebanyak-banyaknya. Satu nafsu rendah dari manusia yang tak kan pernah terpuaskan.

Sejarah Indonesia pun tidak terhindarkan dari hukum besi, iradatullah, kehidupan dunia. Sebelum merdeka pada 17 Agustus 1945, bangsa ini seolah menyatu melawan penjajah yang dalam sosoknya memang beda: berbadan lebih besar, hidung lebih mancung, rambut pirang, dan sebagainya. Dulu, musuh bangsa ini sangat nyata dan mudah dibedakan sehingga rakyat banyak yang mengetahuinya.

Selaras dengan kemajuan zaman, strategi dan taktik peperangan pun mengalami kemajuan. Dajjal dan para pengikutnya pun selalu melakukan inovasi straegi dan taktiknya. Jika dulu musuh kaum tauhid begitu jelas dan tegas, maka sekarang batasan-batasan itu sengaja dibuat kabur dan sangat tipis oleh para pengikut Dajjal sehingga bayak manusia tertipu.

Amerika Serikat adalah satu negeri besar yang sebenarnya dikendalikan oleh segelitir elit rahasia yang menuhankan Lucifer atau Dajjal. Rakyat Amerika pun banyak yang tidak menyadari hal ini. Para elit ini memiliki jaringan yang sangat luas di seluruh dunia dan sangat bernafsu untuk menjajah semua umat manusia untuk diperbudaknya. Tujuan akhir kelompok elit ini adalah menciptakan satu dunia yang baru dimana mereka menjadi penguasa satu-satunya dan selain mereka adalah budak, dan satu dunia yang hanya memiliki satu agama bernama Pluralisme.

Berbagai organisasi dibentuk oleh elit Luciferian ini dengan nama-nama yang berbeda. Di antaranya adalah Freemasonry, Illuminati, Bohemian Groove, The Round Table, Bildeberger, Zionis, Trilateral Commission, Neo-Liberal, Liberal Christianity atau juga Judeo-Christian, Islamic Liberal (di Indonesia bernama Jaringan Islam Liberal atau JIL), Gereja Setan, dan sebagainya. Mereka inilah sesungguhnya penguasa dunia sekarang dan yang juga menjajah rakyat Amerika Serikat.

Kelompok Luciferian atau Dajjal ini telah berhasil menjajah kembali Indonesia sejak kejatuhan Soekarno. Orde Baru (The New Order) adalah kreasi mereka yang menyimbolkan jika negara kaya ini merupakan modal bagi pelaksanaan The New World Order. Jenderal Suharto merupakan salah satu tokoh sentral yang membawa negeri ini kembali ke dalam masa penjajahan lagi. Jika dulu orang-orang bule langsung datang ke negeri ini dan melakukan penjajahan, maka sekarang sudah tidak perlu lagi demikian, karena banyak orang-orang Indonesia sendiri yang ternyata mau diajak bersekutu dengan kaum Dajjal untuk menghisap kekayaan bangsa dan negerinya sendiri. Banyak orang Indonesia yang mau menjadi pelayan bagi kepentingan kelompok Dajjal dalam menghancurkan negerinya sendiri. Ini dilakukan tentu ada imbalannya. Orang Indonesia yang menjadi budak-budak Dajjal Internasional ini diberi kemewahan hidup, kaya raya, dan dengan begitu sangat mencintai dunia yang bagi mereka adalah surga. Inilah salah satu tipu daya Dajjal kepada manusia.

Sejak masa Harto, Indonesia telah jatuh ke dalam cengkeraman kelompok Dajjal Internasional. Kondisi ini diteruskan oleh para penguasa seterusnya sampai detik ini. Semua orang Indonesia, apakah itu para intelektual, tokoh dan aktivis agama, rohaniawan, sipil maupun militer, yang tertipu oleh tipu daya Dajjal ini, tertipu oleh kelezatan kehidupan duniawi yang ditawarkan dan diberikannya, mau menjadi budak-budak Dajjal dengan senyum yang lebar. Mereka semua telah terlena dan terbius oleh dunia yang diciptakan Dajjal sehingga merasa nyaman dan tidak ingin keluar dari lingkungan yang penuh dengan segala kemewahan dan kelezatan. Bahkan banyak yang sujud syukur ketika namanya masuk ke dalam lingkungan Dajjal bagaikan hendak memasuki gerbang surga. Padahal semua ini adalah tipuan Iblis.

Ada banyak tokoh Indonesia yang menjadi anggota kelompok Dajjal Internasional. Bahkan di tahun 2006, terdapat sekurangnya lima tokoh Indonesia yang jelas-jelas masuk dalam daftar keanggotaan Trilateral Commission untuk wilayah Asia-Pasific. Dan berapa banyak tokoh Indonesia yang masuk menjadi anggota Neo Liberalis dengan simbol piramida? Coba Anda tengok sekarang, siapa partai politik yang simbolnya adalah membuat piramida (segitiga) dengan tangannya? Piramida adalah simbol kelompok Dajjal yang paling purba, merujuk pada bentuk piramida Mesir Kuno yang merupakan induk bagi ilmu sihir Kabbalah.

Banyak yang tidak percaya dengan apa yang telah dipaparkan dengan begitu gamblang. Semua ini disebabkan otak dan wawasan manusia Indonesia yang telah banyak diracuni oleh upaya disinformasi dan cuci otak melalui media-media besar dan sebagainya, hingga orang-orang jahat didukung habis-habisan dan orang-orang baik yang menyeru kepada ketauhidan malah dianggap sebagai agen Mossad, agen BIN, dan sebagainya. Dunia memang telah terbalik. Dan di sudut yang paling gelap di sana, Dajjal tengah tertawa terbahak-bahak melihat banyak manusia Indonesia yang dengan bodoh dan bebalnya begitu bangga mengibarkan panji NeoLib sekarang ini. Mereka dengan senyum mengembang tengah berlari melewati jalan Dajjal yang begitu mulus dan lapang, namun tidak sadar jika diujung jalan itu ada jurang yang amat dalam bernama Neraka Jahanam.

Selasa, 05 Januari 2010

Fitnah Medis Modern

Nabi Muhammad saw lebih mengkhawatirkan rangkaian fitnah sebelum munculnya fitnah Dajjal yang terjadi di tengah ummat Islam. Nabi sampai menyatakan bahwa barangsiapa dapat menyelamatkan diri dari segenap rangkaian fitnah tersebut berarti ia sangat potensial untuk dapat selamat dari fitnah yang paling dahsyat sepanjang zaman, yaitu fitnah Dajjal.

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ
مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ


Suatu ketika ihwal Dajjal dibicarakan di hadapan Rasulullah saw. Kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal). Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali dalam rangka menyongsong fitnah Dajjal.”(HR Ahmad V/389)

Sebelum Dajjal muncul untuk menebar fitnah dan kekacauan ke seluruh dunia, maka dunia sudah sangat heboh dengan hadirnya aneka fitnah di segenap lini kehidupan seolah menyambut kedatangan puncak fitnah, yaitu Dajjal. Nabi menjamin tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal). Artinya, barangsiapa sebelum kedatangan Dajjal sudah cukup sensitif dan cukup cerdas untuk membentengi diri dan keluarganya dari berbagai fenomena kehidupan modern yang pada umumnya sudah mengalami kontaminasi nilai, maka sangat besar kemungkinan iapun bakal selamat dari puncak fitnah, yaitu Dajjal. Dan tentu sebaliknya pun bakal terjadi, yaitu barangsiapa yang terjebak oleh satu apalagi lebih rangkaian fitnah sebelum keluarnya Dajjal, berarti ia telah menyebabkan diri dan keluarganya terperangkap ke dalam puncak fitnah yaitu Dajjal.

Rangkaian fitnah sebelum munculnya Dajjal meliputi segenap aspek kehidupan manusia. Ia mencakup fitnah ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hiburan, informasi, medis, militer, pendidikan, hukum, pertahanan-keamanan. Potensi seseorang terjebak kepada salah-satu fitnah sebelum Dajjal sangat menentukan seberapa jauh -pada gilirannya- ia bakal selamat atau malah ikut terjerat ke dalam fitnah Dajjal. Jeratan rangkaian fitnah akan mengincar setiap orang sesuai kecenderungan dirinya. Ada yang terjerat oleh fitnah ideologi, ada yang terjerat oleh fitnah politik, ada yang terjerat oleh fitnah hiburan atau informasi.

Dalam kesempatan ini kami ingin mengangkat soal jeratan fitnah medis modern. Ahmad Thomson menulis dalam kitabnya Sistem Dajjal bahwa aspek medis modern termasuk salah satu pilar yang menopang beroperasinya Sistem Dajjal. Coba perhatikan cuplikan tulisan beliau di bawah ini:

”Selama lima puluh tahun terakhir, sistem rumah sakit kafir termasuk salah satu bagian yang penting dalam proses produsen-konsumen. Sistem ini didirikan untuk menjaga kesehatan masyarakat agar selalu siap bekerja. Padahal justru akibat cara hidup masyarakat yang wajib berpijak pada tata-cara proses produsen-konsumen, maka muncul berbagai penyakit. Sistem kafir, yaitu sistem Dajjal, menciptakan penyakit-penyakitnya sendiri, dengan demikian menciptakan kerja bagi mereka yang bekerja di sistem rumah sakit.

Sistem rumah sakit dijalankan bak sebuah bisnis. Semua orang diupah untuk pekerjaannya. Banyak sekali orang yang menggantungkan kelangsungan hidupnya pada sakitnya orang lain – dan dengan cara hidup yang mau tak mau muncul dan berkembang akibat cara kerja negara produsen-konsumen modern, maka terjaminlah pasokan orang sakit dalam jumlah yang sangat besar, cukup untuk menyibukkan dan melestarikan bisnis sistem rumah sakit, sekaligus menjamin adanya pekerjaan yang langgeng dan menguntungkan bagi begitu banyak bisnis terkait lainnya, yang memasok peralatan dan obat-obatan ke rumah sakit-rumah sakit dan dokter-dokter.”

Jadi, sistem medis modern pada hakikatnya berdiri di atas fondasi faham materialisme. Ia merupakan sebuah bisnis yang beroperasi dengan proses produsen-konsumen. Sistem medis modern sejatinya tidak bermaksud untuk benar-benar menyembuhkan masyarakat dari berbagai penyakit yang mereka derita. Ia mengandalkan obat-obatan kimiawi yang sesungguhnya dibuat dari zat-zat toxic (racun) yang malah menimbulkan berbagai problem baru bila dikonsumsi pasien. Perhatikan lebih lanjut tulisan Ahmad Thomson berikut ini:

”Sebagaimana sistem pabrik dan sistem pendidikan kafir, sistem medis kafir dijalankan bak sebuah bisnis. Sistem medis kafir tak begitu peduli pada penyembuhan dan apa yang bermanfaat atau tidak. Bahkan merupakan sebuah bisnis besar bagi perusahaan-perusahaan farmasi yang memasok obat-obatan dan peralatannya, seraya memelihara beribu-ribu pekerja yang dikaryakan untuk menambal para pasien, agar mereka pun bisa dikaryakan. Kini, kita lebih sering mendengar mahasiswa kedokteran berbicara mengenai gaji-gaji besar yang mereka cita-citakan – apabila telah lulus ujian dan mendapat secarik kertas – dibanding dengan berbicara mengenai cita-cita mereka untuk menyembuhkan banyak manusia, atau berbicara mengenai bagaimana cara mencapai penyembuhan tersebut.”

Padahal jelas Nabi Muhammad bersabda bahwa bagi setiap penyakit ada penawarnya, kecuali penyakit usia lanjut. Dan Nabi melarang untuk berobat dengan zat yang diharamkan Allah.

”Mereka (para sahabat) bertanya, "Ya Rasulullah, apakah kami berobat?" Beliau menjawab, "Ya, wahai hamba-hamba Allah. Sesungguhnya Allah meletakkan penyakit dan diletakkan pula penyembuhannya, kecuali satu penyakit yaitu penyakit ketuaan (pikun)". (HR. Ashabussunnah)

Rasulullah bersabda: ”Allah tidak menjadikan penyembuhanmu dengan apa yang diharamkan atas kamu.” (HR. Al-Baihaqi)

Oleh karena itu kita sangat heran melihat bagaimana para dokter medis modern begitu royal menulis resep berupa antibiotik kelas berat bagi para pasiennya. Namun bilamana anak atau keluarganya sendiri yang sakit sang dokter sedapat mungkin menghindari memberikan antibiotik kepada mereka. Sebab sesungguhnya ia sangat mengerti betapa berbahayanya zat-zat yang terkandung di dalam antibiotik tadi. Sehingga Ahmad Thomson selanjutnya menulis:

”Nabi Muhammad pernah menerima kiriman abat-obatan mahal dari Mesir. Beliau mengembalikannya beserta sebuah pesan yang menyatakan bahwa cara hidup beliau adalah obat dan pengobatan yang terbaik. Begitu sempurnanya keseimbangan hidup beliau, sehingga beliau hanya pernah menderita sakit ketika ada yang berusaha meracuni makanan beliau atau berusaha menyihir beliau. Nabi Muhammad saw bersabda bahwa bila hati baik maka seluruh tubuh akan baik, dan bila hati rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh.”

Di samping itu kita juga tahu bahwa bentuk pengobatan cara Nabi ialah mengkonsumsi zat-zat natural dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan (herbal) seperti habbatus-sauda (jintan hitam) atau aneka madu serta hijamah (berbekam). Sangat kontras dengan medis modern yang mengandalkan obat-obatan kimiawi yang banyak mengandung side-effects yang sangat berpotensi merusak ginjal, lever dan pada akhirnya jantung.

Mindset umat manusia sangat diarahkan untuk bergantung kepada sistem medis modern. Sedikit-sedikit pergi ke dokter manakala sakit. Sedikit-sedikit minum obat analgesik begitu pusing atau demam. Pada saat yang bersamaan para pekerja medis modern itu telah di-brain-wash untuk memandang sebelah mata akan Thibbun-Nabawy (sistem pengobatan ala Rasulullah). Para dokter ditanamkan kecurigaan dan kesangsian mereka akan praktek berbekam ala Nabi, misalnya. Kalaulah yang ragu dan sangsi dari kalangan dokter non-muslim kita masih bisa maklumi. Tapi yang jadi masalah disini ialah keraguan yang muncul dari para dokter muslim bahkan sering hadir di pengajian...! Sungguh dahsyat rangkaian fitnah yang merebak sebelum datangnya puncak fitnah, yakni Dajjal.

Ya Allah kami berlindung kepadaMu dari rangkaian fitnah yang merebak sebelum datangnya puncak fitnah, yaitu Dajjal. Ya Allah tunjuki kami jalan-jalan keluar dari setiap fitnah yang datang menggoda hidup kami. Amin ya Rabb.

oleh Ihsan Tandjung
www.eramuslim.com