Selasa, 19 Oktober 2010

Haman sebagaimana Disebutkan dalam Alquran

Oleh Abduldaem Al-Kaheel

Segala puji bagi Allah yang berfirman di dalam Al-Qur’an:

“Dan berkata Firaun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta". (QS Al-Qashash [28]: 38)

Firaun yang disebutkan dalam ayat ini berbicara dengan para bangsawan bangsanya bahwa ia tidak mengenal tuhan untuk mereka kecuali dirinya sendiri. Firaun memanggil Haman untuk memintanya membangunkan untuknya dari tanah yang dibakar, atau batu bata, bangunan yang sangat tinggi supaya ia bisa melihat Tuhannya Musa.

Ayat ini menunjuk kepada banyak mujizat seperti:

1. Firaun memosisikan dirinya sebagai tuhan: seperti dalam perkataannya, “aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku.” Riset arkeologi menemukan peradaban Mesir kuno yang memastikan bahwa Firaun sejak dinasti keempat mengklaim bahwa mereka adalah anak-anak Dewa Raa, dewa matahari yang disembah oleh orang Mesir kuno. Tidak hanya itu, nama Raa berada di antara para keluarga fir'aun, seperti Raa Nip, yang berarti dewa emas. Kata ilmuwan arkeologi, yang bukti paling jelas bahwa Firaun menganggap diri mereka sebagai tuhan adalah adanya lagu untuk matahari yang telah diabadikan dalam teks-teks di dalam piramida, yang mengidentifikasi Firaun sebagai dewa matahari. Lagu ini berbicara ke rakyat Mesir, termasuk daftar panjang yang menakjubkan tentang manfaat yang dapat dinikmati rakyat Mesir di bawah perlindungan dan penguasa dewa matahari, seperti yang diberikan Firaun kepada rakyat Mesir. Ia harus menerima hadiah yang sama dari rakyat Mesir. Itu sebabnya seluruh lagu diulang lagi dengan menempatkan nama firaun meskipun yang tercatat dalam lagu asli adalah nama “Raa atau Horase”.

2. Keajaiban kedua adalah penggunaan batu bata oleh Fir'aun dalam membangun menara: Firaun meminta Haman untuk membangun istana yang tinggi atau menara dari tanah liat bakar yang merupakan batu bata. Hal ini dianggap sebagai mukjizat sejarah Alquran, karena telah menjadi pemikiran umum bahwa batu bata menurut para sejarahwan tidak muncul di Mesir kuno, kecuali setelah era Roma, dan ini menurut pendapat membuat para sejarahwan bertentangan dengan ayat yang menyatakan permintaan Firaun kepada Haman bahwa dia harus membangun sebuah istana yang tinggi dari tanah liat bakar atau batu bata. Pendapat para sejarahwan itu terus bertahan hingga Patry, seorang ilmuwan arkeologi menemukan sejumlah batu bata yang digunakan dalam membangun entombment dan juga digunakan dalam membangun beberapa bangunan dasar yang merujuk kepada masa Rammsis II , Mrinbtah dan Sity II dari dinasti keluarga kesembilan belas (1308-1184 SM). Dan ia menemukan batu bata itu dalam sebuah situs arkeologi yang tidak jauh dari Be Rammsis atau Kantir, Ibukota Fir'aun di timur Delta.

3. Mukjizat ketiga menunjuk ke salah satu asisten Firaun dengan namanya Haman. Profesor Morris Bokay menyatakan sebagai berikut, “Al-Qur’an menyebutkan seseorang bernama Haman yang merupakan salah satu pembantu Firaun. Firaun memintanya untuk membangun bangunan yang tinggi atau sebuah istana tinggi memungkinkan Firaun—ketika ia berkata dengan sinis kepada Musa—untuk mencapai Allah dan melihat-Nya. Dan saya ingin tahu apakah nama itu tidak terhubung ke sebuah nama hiroglif, sehingga ia dapat disimpan sebagai salah satu dokumen era tersebut, sehingga kemudian “Nakhara” yang berarti “menulis surat suatu bahasa dalam surat bahasa lain” akan terjadi. Dan saya tidak akan puas dengan jawaban kecuali yang datang dari seorang ahli dalam bahasa hieroglif dan juga mengetahui bahasa Arab secara baik.

Jadi saya bertanya kepada seorang ilmuwan di bidang Egyptologue dari perancis tentang kedua hal tersebut. Saya menulis nama Haman, tapi saya tidak mengatakan apa-apa kepadanya tentang realitas teks yang bersangkutan. Saya hanya mengatakan kepadanya bahwa kata ini terkait dengan abad ketujuh sebelum masehi. Jawabannya yang pertama adalah bahwa nama asli itu tidak mungkin karena tidak mungkin untuk menemukan teks yang mencakup nama nama seorang pria terkemuka dalam bahasa hieroglif dan juga memiliki sajak hiroglif yang terkait dengan abad ketujuh sebelum masehi.

Nama ini tidak dikenal sampai sekarang. Itu karena bahasa hieroglif telah lama dilupakan. Di sisi lain, ia menyarankan saya untuk memeriksa kamus nama-nama pribadi kerajaan baru dan untuk mencari nama ini, dengan memberi isyarat kepada saya tentang bahasa hieroglifnya jika benar-benar ditemukan. Dan ketika saya mencari, saya menemukan tertulis dalam kamus ini persis seperti yang saya harapkan. Sungguh suatu kejutan!

Saya tidak hanya menemukan namanya, tetapi juga menemukan pekerjaannya, seperti yang ditulis dalam bahasa Jerman “kepala pekerja galian”. Tetapi tanpa tanda apapun tentang masanya, kecuali teks yang berkaitan dengan kerajaan yang berdiri di zaman Nabi Musa, dan pekerjaan yang ditulis menunjukkan bahwa ia bertanggungjawab di bidang konstruksi. Jadi, apa pendapat kita tentang perbandingan antara perintah Firaun kepada Haman sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an, dengan apa yang tertulis dalam buku ini.”

Mahabenar Allah dalam firman-Nya: “Dan berkata Firaun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta.” (QS Al-Qashash [28]: 38)

Jumat, 08 Oktober 2010

Pegunungan adalah Pasak dari Segi Bentuk dan Fungsi

Oleh Dr. Mohamad Daudah

وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا

Allah berfirman, “Dan gunung-gunung sebagai pasak.” (QS An-Naba’ [78]: 7).

Pada zaman dulu, gunung hanya dikenal sebagai blok batu menonjol dari bumi. Definisi ini dianggap berlaku sampai 1835, ketika Pierre Bouguer menunjukkan bahwa gaya gravitasi yang tercatat di pegunungan Andes adalah jauh kurang dari apa yang seharusnya untuk blok batu besar semacam itu. Konon, baginya, blok besar dari jenis yang sama harus terbenam jauh di dalam bumi. Atas dasar itu, kelainan gravitasi tersebut harus ditafsirkan.

Pada pertengahan abad ke-19, George Everest menaruh perhatian yang besar pada kelainan hasil pengukuran gravitasi dari Pegunungan Himalaya di dua tempat yang berbeda. Namun Everest gagal untuk menafsirkan fenomena ini dan ia menyebutnya sebagai Misteri india. Namun, George Airy pada tahun 1865 menyatakan bahwa semua rantai pegunungan di bumi merupakan blok yang mengapung di atas lautan magma (yaitu bahan batuan cair di bawah kerak bumi) dan bahwa semua bahan cair tersebut sebenarnya lebih tebal daripada gunung-gunung itu sendiri. Akibatnya, gunung-gunung harus menyelam ke bahan kepadatan tinggi ini untuk menjaga keseimbangannya.

Ahli geologi menemukan fakta bahwa kerak bumi terdiri dari lempengan-lempengan yang berdekatan di sebut benua, dan pegunungan yang besar terapung di lautan bahan cair dan batuan padat di bawah permukaan. Mereka juga menemukan bahwa gunung memiliki akar yang membantu mereka mengambang dan terus diikat dengan pelat bumi sehingga tidak akan bergetar. Pada 1948, geologist Van Anglin menyatakan dalam bukunya Geomorfologi (di halaman no. 27) bahwa saat ini telah diketahui dengan cukup baik bahwa ada suatu akar untuk setiap gunung di bawah kerak bumi.

Fungsi gunung di bumi adalah untuk mengikat kerak bumi. Fakta ini dibuktikan oleh prinsip keseimbangan hidrostatik bumi sebagaimana digambarkan oleh Dutton, geologist Amerika Serikat, pada tahun 1889. Dia menyatakan bahwa tonjolan bumi terbenam ke dalam bumi dengan cara yang sesuai dengan ketinggian mereka. Apalagi, setelah adanya lempeng bumi itu terbukti pada tahun 1969, menjadi jelas bahwa gunung-gunung berperan untuk menjaga keseimbangan semua lempengan.

Mukjizat Ilmiah

Manusia tidak tahu fakta tentang gunung-gunung yang hanya baru-baru ini akan tersedia di pertengahan abad ke-19. Sementara itu, Alquran dalam ayat ini menegaskan secara otoritatif bahwa gunung-gunung seperti pasak dalam hal bentuk dan fungsi mereka.

Baru-baru ini, kiasan yang akurat dari ayat ini terbukti benar. Gunung memiliki dua bagian: satu di permukaan dan yang lain di bawah tanah yang berfungsi untuk mengikat apa yang terikat dengannya. Demikian pula, sebuah gunung yang memiliki dua bagian: satu menonjol pada kerak bumi dan yang lain terbenam di bawah tanah, dengan cara yang sesuai dengan ketinggian. Fungsinya adalah untuk mengikat pelat kerak bumi dan mencegah mereka dari goncangan karena lapisan cair di bawahnya. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa Al Qur'an adalah firman Allah Pencipta gunung-gunung dan seluruh alam semesta.

Allah berfirman: “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui”? (Al-Mulk: 14)

www.eramuslim.com