Sabtu, 19 Desember 2009

Panglima Mujahidin Jendral As-Syahid Khattab Rahimahullahu

Segelintir manusia yang memikul beban umat, yang mengorbankan kemewahan, ketenangan, dan kemegahan dunia yang mereka miliki untuk perjuanngan dan cita-cita umat islam di belahan dunia lain, segelintir orang yang sanggup bertumpah darah bahkan mngorbankan nyawa yang cuma satu-satunya demi mempertahankan aqidah tauhid agama Allah Swt. Siapakah mereka? Salah satunya adalah panglima mujahidin Jendral Khattab rohimahullahu…

Siapa sebenarnya As-Syahid AL-Khattab ?
Beliau dilahirkan di kota 'Ar'ar sebelah utara Saudi Arabia dengan nama asli Samir bin Sholeh bin Abdillah As-Suwailim pada tanggal 26 Muharram 1389 H (14 April 1969M). beliau mengenyam pendidikan disana sampai kelas 4 ibtida'i dan umurnya ketika itu 10 tahun. Dan di madinah 'Ar'ar ini menurut cerita setiap minggu khattab dan saudara-saudaranya dibawa sang ayah ke pegunungan untuk melatih mereka menjadi generasi yang kuat dan pemberani. Kemudia mereka sekeluarga pindah dari 'Ar'ar tadi ke Tsuqbah sebelah Timur Saudi Arabia dan meneruskan studinya di sekolah Umar Bin Khattab. Sampai akhirnya beliau meneruskan studi di Perusahaan Minyak ARAMCO melalui program kuliah singkat CBC selama waktu 6 bulan. Menurut keluarganya, Khattab adalah pribadi yang cerdas dan pemberani, selalu memperhatikan sekolahnya. Beliau memiliki cita-cita tinggi, bahkan dia bercita-cita mau punya istana yang luas halamannya 3500 meter persegi, dan punya lima mobil pribadi salah satu bermerek super ben, beliau selalu menulis rencana-rencana beliau untuk masa depan di buku catatan pribadi. Khattab adalah anak kelima dari lima bersaudara dan hidup di keluarga yang kuat agamanya dan tidak ketinggalan informasi dunia luar. Makanya beliau tahu dengan peristiwa-peristiwa penting menimpa umat Islam di dunia, seperti invasi Uni Sovyet ke Afghanistan dan Intifadhah di Palestina. Peristiwa ini sangat mempengaruhi pemikiran beliau yang akhirnya merubah semua rencana masa depannya. Sebelum meninggal ayahnya ingin melihat anaknya/Khattab untuk terakhir kalinya, namun keinginan itu tidak terpenuhi karena sang mujahid masih di medan laga. Ibunya yang berkebangsaan Turki sampai sekarang masih hidup. Khattab menguasai 4 bahasa yaitu: Arab, Inggris, Rusia dan Pashtun (salah satu bahasa resmi Afghanistan).
Akhirnya sebelum usianya genap 18 tahun, beliau hijrah ke Afghanistan untuk menjawab panggilan ulama-ulama mujahidin saat itu seperti Asy-Syahid (Insya Allah) Syaikh Abdullah Azzam Rahimahullah, Asy-Syahid (Insya Allah) Syaikh Tamim Adnani Rahimahullah serta Syaikh Usamah bin Muhammad Bin Laden Hafizhahullah meskipun orang tuanya sebenarnya pertama tidak terlalu menyetujuinya.

Di Afghanistan (1987-1994)

Beliau menyelesaikan latihan dasar kemiliteran dalam waktu yang singkat. Kecerdasannya mengundang decak kagum para pelatih. Salah seorang pelatih beliau, Hasan As-Sarehi mengatakan bahwa Khattab selalu merayunya agar dia diletakkan di barisan depan mujahidin saat berhadapan dengan tentara Uni Sovyet.
Dalam waktu enam tahun diwaktu usianya belum genap 24 tahun, Khattab telah menjadi salah satu komandan yang disegani oleh Uni Sovyet. Khattab juga ikut andil dalam operasi serta perencanaan penaklukan kota Jallalabad, Khost, dan Kabul di tahun 1993. Pada penaklukan Jallalabad, saat mujahidin mengambil alih kantor polisi yang digunakan intelijen Sovyet, ditemukan dimana-mana arsip tentang Khattab. Ternyata sepak terjang Khattab diawasi setiap hari, dibuktikan dengan adanya laporan harian tentang Khattab. Bagi Sovyet, Khattab telah mengakibatkan kekalahan serius di setiap medan pertempuran.
Khattab tinggal di Afghanistan dalam waktu yang lama, bahkan setelah Uni Sovyet kalah telak dan mundur dari Afghanistan, beliau bersikeras untuk tidak kembali ke rumah. Menurut saudaranya, sesekali Khattab mengirim video rekaman kegiatannya di Afghanistan saat bertempur ataupun di saat tenang bersama teman-temannya. Ayahnya ikut menonton video tersebut, lalu ayah Khattab berkata: ah ?dia bodoh kalau dia ingin pulang. Ayahnya menyaksikan kehidupan mujahidin di Afghanistan, hidup dalam merdeka dalam menjalankan syari'at Allah SWT, barulah mengerti mengapa Khattab bersikeras untuk tidak pulang ke rumahnya.

Di Tajikistan (1994-1995)

Setelah Sovyet mundur dari Afghanistan, Khattab mendapat berita bahwa ada peperangan lagi di Tajikistan dengan musuh yang sama (Uni Sovyet). Lalu berangkatlah Khattab bersama sekelompok kecil Mujahidin ke Tajikistan.
Di sini Khattab mendapat banyak pengalaman baru yang berharga. Beliau menghabiskan waktu 4 bulan untuk persiapan dari membeli senjata, amunisi, alat komunikasi, serta kendaraan. Khattab bercerita bahwa menyeberangi sungai Jeihun(dekat perbatasan Tajikistan) yang deras merupakan jihad tersendiri. Pertama kali Khattab hanya melatih sekitar 100-120 mujahidin, lalu meningkat menjadi 300-400 orang dan lebih banyak seterusnya. Di sana keadaannya sangat sulit, persenjataan mujahidin yang minim, medan jihad yang merupakan pegunungan berat dengan ketinggian minimal antara 2500-3000m dari permukaan laut, serta bantuan para donatur yang sulit sampai karena medan berat tersebut, disamping perhatian umat Islam dunia yang kurang terhadap Tajikistan. Tetapi Allah SWT selalu menolong mujahidin yang berjihad ikhlas karena ingin mendapat ridho dari-Nya, dan ketika di Tajikistan inilah Khattab kehilangan dua jari tangan kanannya karena sebutir bom tangan buatan sendiri.

Perang Chechnya I (1995-1996)

Pada tahun 1995 terjadilah pemberontakan di Chechnya. Awalnya Khattab berpikir bahwa pemberontakan tersebut yang dipimpin oleh Jenderal Jauhar Dudayev merupakan pemberontakan jenderal komunis biasa dan ini hanya konflik internal dalam Rusia sendiri. Memang media-media di dunia berusaha menutupi masyarakat dunia untuk melihat konflik ini dari pandangan Islam.
Tapi setelah mengetahui yang sebenarnya bahwa Chechnya adalah wilayah dengan penduduk Islam yang ingin memberlakukan syariat Allah SWT dan lepas dari Rusia, barulah beliau bersiap-siap untuk menyambut panggilan jihad tersebut. Khattab berangkat ke Chechnya bersama 12 mujahidin dari Daghestan, Setelah itu Khattab memulai mengadakan program latihan dasar. Tak disangka sambutan dari pemuda di sana sangat luar biasa dan mereka berbondong-bondong untuk bergabung dengan mujahidin. Pernah ada seorang nenek yang menghampiri Khattab dan berkata: Saya ingin lepas dari Rusia dan hidup tenang menjalankan ajaran Islam, kami tidak ingin hidup dijajah Rusia,. Lalu Khattab bertanya:apa yang bisa engkau sumbangkan bagi mujahidin? Lalu nenek itu menjawab, aku tidak punya apapun yang bisa disumbangkan untuk mujahidin kecuali jaket yang sedang saya pakai ini, berikanlah kepada mujahidin. Mendengar ucapan nenek itu, Khattab menangis dan mulai saat itu Khattab berjanji tidak akan meninggalkan mujahidin di Chechnya, akhirnya tidak sekedar melatih, beliau juga bergabung dalam berbagai operasi mujahidin di Chechnya.
Serangan pertama yaitu terhadap konvoi pasukan Rusia yang akan keluar dari kota Vedeno. Makan dalam dua serangan mujahidin telah berhasil menghancurkan 52 kenderaan militer, 3 tank, 11 panser, 18 truk dan ratusan tentara akhirnya Rusia menyatakan menyerah dan mundur dari kota Vedeno pada tanggal 30 Oktober 1995. Setelah banyak serangan lainnya, akhirnya pada Agustus tahun 1996 mujahidin dibawah pimpinan Shamil Basayev melakukan serangan besar-besaran ke Grozny ibukota Chechnya. Rusia pun kalah dan mundur total dari Chechnya. Lalu Khattab diangkat sebagai salah satu jenderal di Chechnya. Menurut data statistik resmi Rusia, tentara mereka yang tewas dalam perang selama 3 tahun di Chechnya lebih banyak daripada selama 10 tahun mereka perang di Afghanistan.

Beliau wafat

Khattab digelar sebagai ‘Khalid bin Walid zaman ini’. Beliau wafat memperoleh (Insya Allah) kesyahidan pada awal bulan Shafar 1423 H dalam usia 33 tahun akibat racun surat yang dibawakan oleh seorang utusan musuh. Sumber lain mengatakan bahwa makanannya mengandung racun yang ditaruh oleh seorang pengkhianat. Begitu terkenal dan diseganinya beliau di kalangan pembesar dunia mulai dari Rusia, AS, Bahkan sampai ke Jepang sana namun ketika beliau syahid satupun tidak ada chaneel tv arab yang memuat berita itu selain Aljazeera, sepertinya televise Arab sibuk dengan tarian-tarian gadis murahan dan acara-acara maksiat,, bahkan Aljazeera pun waktu itu menayangkan hal-hal yang berpotensi membuat kaum muslimin membenci jihad. Sebelumnya beliau sudah menikah dengan wanita dari Dagestan dan dikaruniai tiga anak, masing-masing bernama Sarah , Shalih dan Sajidah. Termasuk perkataan beliau yang masyhur di kalangan mujahidin adalah:

".قاتل عدوك قبل أن يغزوك ، فلا ننتظره حتى يغزونا ، ثم نصيح كما تصيح النساء ؛ بل متى رأينا أنه قد همَّ بنا فإن كان لنا قدرة أوقفناه حتى لا يتجرأ على بقية بلاد المسلمين."
"أخاف أن أموت فَطِيساً ( أي جثة لا قيمة لها ) بسرطان أو حادث ؛ ولكني أريد أن أموت" شهيداً."
Semoga pribadi-pribadi seperti Khattab ini ibarat semboyan pejuang RI " gugur satu tumbuh seribu " walhamdulillahi rabbil alamin.

Ditulis oleh: Ismail Nasution, Mahasiswafakultas Ushuluddin jurusan Hadits Universitas Al-Azhar Kairo (dari beberapa sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar